
Hai sobat!
Buka puasa bersama atau yang akrab disebut BUKBER, sudah menjadi tradisi tahunan yang dinanti-nanti oleh banyak orang, terutama di bulan Ramadan. Namun, tahukah kamu bahwa BUKBER bukan sekadar ajang makan-makan? Ada sejarah, makna spiritual, dan nilai-nilai kebersamaan yang terkandung di dalamnya. Penasaran kan?, Yuk Mas TIKI kasih tahu…
BUKBER, Momen Kebersamaan yang Dinantikan
Halo, Sobat! Siapa yang sudah mulai jadwal BUKBER-nya? Dari teman kantor, sahabat SMA, hingga komunitas online, BUKBER seolah menjadi agenda wajib yang tidak boleh terlewat. Tapi, di balik euforia BUKBER, ada banyak hal menarik yang perlu kita ketahui. Mulai dari sejarahnya, makna spiritual, hingga kontroversi yang mengiringinya.
BUKBER Sudah Ada Sejak Zaman Rasulullah
Ternyata, tradisi BUKBER bukanlah hal baru. Sejarah mencatat bahwa BUKBER sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Rasulullah sering mengajak sahabat-sahabatnya untuk berbuka puasa bersama, bahkan beliau pernah bersabda, “Sebaik-baiknya makanan adalah yang dimakan oleh banyak tangan.” Hal ini menunjukkan bahwa kebersamaan dalam berbagi rezeki memiliki nilai yang sangat tinggi dalam Islam.
Di era modern, BUKBER menjadi momen untuk mempererat silaturahmi, baik dengan keluarga, teman, maupun rekan kerja. Namun, sayangnya, tidak semua orang menyambut BUKBER dengan antusias. Bagi sebagian orang, terutama introvert, BUKBER bisa menjadi momen yang cukup menantang karena harus berinteraksi dengan banyak orang.
Makna Spiritual BUKBER Menurut Ustadz Dennis Lim
Menurut Ustadz Dennis Lim, seorang dai muda yang dikenal dengan gaya ceramahnya yang santai dan relate dengan generasi muda, BUKBER memiliki makna spiritual yang mendalam. “BUKBER bukan sekadar makan bersama, tapi juga tentang berbagi kebahagiaan dan mensyukuri rezeki yang diberikan Allah,” ujarnya dalam program TIKI ON AIR: Siraman Rohani Kebajikan Ramadan.
Beliau juga mengingatkan bahwa BUKBER seharusnya menjadi ajang untuk saling menguatkan dan memperbaiki diri, bukan malah menjadi tempat gibah atau pamer. “Jangan sampai BUKBER justru menjadi ajang untuk membicarakan keburukan orang lain atau menunjukkan kekayaan. Itu sama sekali tidak sesuai dengan nilai-nilai Ramadan,” tambah Ustadz Dennis.
BUKBER sebagai Warisan Budaya Takbenda
Tahukah kamu bahwa UNESCO telah menetapkan tradisi BUKBER sebagai Warisan Budaya Takbenda? Warisan budaya takbenda adalah peninggalan budaya yang tidak bisa diraba, tetapi dirasakan keberadaannya, seperti tarian tradisional, lagu daerah, atau upacara adat. BUKBER dinilai memiliki nilai kebersamaan dan kearifan lokal yang patut dilestarikan.
Namun, di tengah pengakuan internasional ini, netizen masih banyak yang pro-kontra tentang BUKBER. Ada yang menganggapnya sebagai ajang pamer, gibah, atau bahkan sekadar formalitas. Padahal, jika dimaknai dengan benar, BUKBER bisa menjadi sarana untuk memperkuat ikatan sosial dan spiritual.
Tips agar BUKBERmu Lebih Bermakna
Agar BUKBERmu tidak sekadar menjadi ajang makan-makan, Mas TIKI kasih beberapa tips:
Niatkan untuk Beribadah: Jadikan BUKBER sebagai sarana untuk mempererat silaturahmi dan mendekatkan diri kepada Allah.
Hindari Gibah dan Pamer: Fokuslah pada kebersamaan dan saling menguatkan, bukan membicarakan keburukan orang lain atau pamer kekayaan.
Ajak Orang yang Membutuhkan: Undanglah teman atau saudara yang mungkin sedang kesulitan. Berbagi rezeki dengan mereka akan membuat BUKBER lebih bermakna.
Jadikan Ajang Refleksi Diri: Gunakan momen BUKBER untuk saling mengingatkan tentang kebaikan dan memperbaiki diri.
TIKI ON AIR: Teman Setia Ramadanmu
Nah, buat kamu yang ingin menambah ilmu dan motivasi selama Ramadan, jangan lewatkan program TIKI ON AIR: Siraman Rohani Kebajikan Ramadan. Setiap Senin pukul 16.00 WIB, Ustadz Dennis Lim akan membawakan kajian keislaman yang santai namun penuh makna. Yuk, saksikan di YouTube TIKI ID dan jadikan Ramadanmu lebih berkah!
#TIKIONAIRRAMADAN #RAMADANLEBIHBERKAH #SIRAMANROHANIRAMADAN