Tradisi Isra Miraj Di Indonesia: Merayakan Peringatan Dengan Keunikan Dan Kekayaan Budaya

Hai sobat! Setiap tahun, umat Muslim di seluruh dunia memperingati peristiwa Isra Miraj, perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW yang luar biasa. Di Indonesia, peringatan ini tidak hanya diisi dengan ibadah, tetapi juga dihiasi dengan berbagai tradisi yang penuh makna. Dari Jawa Tengah hingga Lombok, berbagai daerah di Indonesia merayakan Isra Miraj dengan cara yang unik dan berwarna. Mari kita mengenal lebih dalam beberapa tradisi khas yang turut memeriahkan peringatan Isra Miraj di tanah air.

 

Merayakan Isra Miraj dengan Tradisi yang Menyentuh Hati

Isra Miraj adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam, di mana Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra) dan kemudian naik ke langit untuk menerima wahyu (Miraj). Peringatan atas peristiwa ini sangat berarti bagi umat Islam, karena mengandung banyak pelajaran dan hikmah. Di Indonesia, peringatan Isra Miraj diwarnai dengan berbagai tradisi yang menyatukan umat dalam semangat kebersamaan dan penghormatan terhadap leluhur serta agama.

 

 Mengapa Tradisi Isra Miraj Itu Penting?

Setiap daerah di Indonesia memiliki cara tersendiri untuk merayakan Isra Miraj, dan itu bukan hanya soal ritual keagamaan, tetapi juga untuk mempererat hubungan antar warga. Di tengah kesibukan dan kehidupan modern, tradisi-tradisi ini menjadi pengingat akan pentingnya menghargai sejarah, budaya, dan keluarga. Tradisi seperti ini juga memberikan ruang untuk mempererat persaudaraan dalam komunitas, sembari memperdalam pemahaman spiritual.

 

Penting bagi kita untuk mempertahankan tradisi ini agar dapat melestarikan warisan budaya yang kaya, sekaligus memperkuat keimanan dan kebersamaan antar generasi. Mari kita telusuri beberapa tradisi khas yang meramaikan peringatan Isra Miraj di berbagai wilayah Indonesia.

 

Ragam Tradisi Isra Miraj di Indonesia

Nyadran (Jawa Tengah)

Di Jawa Tengah, tradisi Nyadran menjadi cara untuk mengenang dan berdoa bagi leluhur. Proses dimulai dengan membersihkan makam leluhur, kemudian diikuti dengan doa bersama dan pengajian di masjid. Beberapa daerah bahkan menutup acara ini dengan karnaval budaya yang melibatkan masyarakat setempat. Nyadran adalah momen yang tak hanya menggugah spiritualitas, tetapi juga memperkuat rasa persatuan dan gotong royong antar warga.

 

Rajaban (Cirebon, Jawa Barat)

Di Cirebon, tradisi Rajaban diawali dengan ziarah ke makam Pangeran Kejaksan dan Pangeran Panjunan, dua penyebar Islam yang sangat dihormati di daerah tersebut. Acara dilanjutkan dengan pengajian di Keraton Kasepuhan, di mana pembagian nasi bogana menjadi bagian dari perayaan. Nasi bogana, yang terdiri dari nasi lengkap dengan lauk seperti telur, tempe, tahu, dan bumbu kuning, disajikan sebagai simbol kebersamaan dalam masyarakat Cirebon.

 

Nganggung (Bangka Belitung)

Tradisi Nganggung di Bangka Belitung melibatkan seluruh masyarakat yang berkumpul untuk membawa makanan seperti kue, buah, atau nasi lengkap dengan lauk ke masjid atau balai desa. Konsep "Sepintu Sedulang" yang berarti berbagi di satu tempat, melambangkan kebersamaan yang erat di antara warga. Makanan tersebut kemudian disajikan bersama-sama dalam semangat kebersamaan.

 

Khatam Kitab Arjo (Temanggung, Jawa Tengah)

Di Temanggung, tradisi Khatam Kitab Arjo menghidupkan kembali kisah Isra Miraj melalui pembacaan Kitab Arjo karya KH Ahmad Rifai al-Jawi. Kitab ini ditulis dengan aksara Arab Pegon dan menceritakan perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Acara dimulai dengan tahlil malam, diikuti dengan pembacaan kitab tersebut hingga selesai, yang menjadi sarana untuk mendalami sejarah spiritual dalam Islam.

 

Ambengan (Jawa Tengah dan Jawa Timur)

Ambengan adalah tradisi makan bersama yang meriah, di mana masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur berkumpul untuk menikmati hidangan bersama. Wadah makanan yang disebut ambeng berisi nasi dan lauk seperti ayam, telur, dan mi goreng. Sebelum makan, doa bersama dipimpin oleh sesepuh desa atau kiai untuk mengundang berkah dan kebaikan bagi seluruh masyarakat.

 

Ngurisan (Lombok, NTB)

Di Lombok, tradisi Ngurisan memperingati Isra Miraj dengan pemotongan rambut bayi yang berusia di bawah enam bulan. Acara ini dipimpin oleh tokoh agama setempat dan diiringi dengan selawat. Pemotongan rambut ini diartikan sebagai simbol bersyukur atas kelahiran bayi serta doa agar tumbuh dengan berkah dan kebaikan.

 

Hajad Dalem Yasa Peksi Burak (Yogyakarta)

Di Yogyakarta, Kraton Yogyakarta menggelar tradisi Hajad Dalem Yasa Peksi Burak, yang melibatkan replika Burak—kendaraan Nabi Muhammad SAW—yang terbuat dari kulit jeruk bali. Replika Burak ini diarak oleh abdi dalem menuju Masjid Gede Kauman dan diletakkan di gunungan buah seperti manggis dan rambutan. Buah-buahan ini kemudian dibagikan kepada jemaah setelah pengajian sebagai tanda rasa syukur dan kebahagiaan.

 

 Apa yang Bisa Kita Ambil dari Tradisi Ini?

Melalui tradisi-tradisi ini, kita diajak untuk selalu bersyukur, mempererat hubungan sosial, dan menjaga keberagaman budaya. Tradisi seperti Nyadran, Rajaban, atau Ngurisan bukan hanya memperkuat iman, tetapi juga meningkatkan rasa kebersamaan dan gotong royong di antara masyarakat. Mereka mengajarkan kita untuk menghormati sejarah dan mengenang jasa para leluhur.

 

Selain itu, dengan mengikuti tradisi-tradisi ini, kita juga dapat semakin mendalami hikmah yang terkandung dalam peringatan Isra Miraj, yaitu perjalanan spiritual yang membawa kita lebih dekat kepada Tuhan dan meningkatkan kualitas hidup kita sebagai umat yang saling menjaga dan mengasihi.

 

 Mari Rayakan Isra Miraj dengan Penuh Makna

Tidak ada waktu yang lebih baik daripada sekarang untuk merayakan peringatan Isra Miraj dengan mengikuti tradisi lokal yang penuh makna ini. Dengan memahami dan meneruskan tradisi-tradisi yang ada, kita tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memperdalam spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.

 

Ayo, jadikan peringatan Isra Miraj tahun ini sebagai momen untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, mempererat hubungan dengan keluarga dan masyarakat, serta melestarikan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun!